HOME

BERITA

WAWANCARA

FEATURE

ARTIKEL

KAMI


Leput412

Sastra Minahasa

Sejarah Minahasa

Potret Minahasa


Senin, 16 Februari 2009

Tokoh-tokoh Muda Minahasa Diskusikan Gagasan Kota Tondano Sebagai Kota Modern

Tondano- Sejumlah tokoh muda Minahasa Sabtu (14/4) mendiskusikan visi Kota Tondano sebagai Kota modern dalam diskusi terbuka yang dilaksanakan oleh Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Tondano. Dalam diskusi itu mengemuka antara lain pemikiran tentang usaha memodernkan Kota Tondano melalui perubahan image kota Tondano sebagai “Kota Mati” dan “Kota Preman”. Hadir dalam diskusi tersebut Wakil Bupati Drs Jantce Sajow Msi, tokoh intelektual muda Audy Wuisang, Nova Rumondor, caleg DPRD Yanny Marentek serta budayawan Minahasa Denni Pinontoan dan Fredy Wowor.

Dalam diskusi yang bertajuk “Menggagas Kota Tondano sebagai Pusat Peradaban yang Modern Berbabasis Kearifan Local” ini, Wakil Bupati Sajow mengatakan, dalam blue print pemerintah kabupaten Minahasa, sebenarnya ide-ide untuk memodernkan Kota Tondano sudah tersirat dan tersurat. “Pemerintah saat ini telah memiliki blue print pengembangan Tondano termasuk di dalamnya pengembangan potensi danau Tondano dan Benteng Moraya,”ujar Wakil Bupati Drs Jantce Sajow Msi.

Begitu juga dengan Audy Wuisang, mengatakan sudah saatnya Pmerintah Kabupaten Minahasa melibatkan kaum akademisi dalam merancang grand strategy di kota Tondano. “Dalam usaha kita membangun Tondano menuju kota Modern, maka yang harus dilakukan adalah pembangunan Kota Tondano yang berbasis danau Tondano,” ujar Wuisang.

Sementara Denni Pinontoan dan Freddy Wowor sepakat mengatakan, dalam usaha membangun peradaban di Kota Tondano, maka yang harus dilakukan pertama adalah perubahan pola pikir atau paradigma. “Peradaban di bawahpun pada awalnya mulai dibangun dengan terlebih dahulu melakukan revolusi kebudayaan. Begitu juga kita di sini,” ujar Pinontoan.

Senada dikatakan Wowor. Menurutnya, dalam usaha menuju visi itu, maka yang harus diperkuat adalah pendidikan dan pembangunan pusat-pusat kebudayaan serta informasi. “Sekarang kita sudah masuk di era informasi, maka akses-akses seperti internet dan pusat-pusat Informasi Teknologi lainnya harus ada di Kota Tondano,” jelas Wowor yang juga akademisi UNSRAT itu.

Sementara itu Ketua Korwil GMKI Rendy NS Umboh, mengharapkan diskusi seperti ini digiatkan di semua cabang GMKI di Sulut sebab pada saat diskusi terungkap bahwa tidak ada istilah anak emas Belanda karena antara Belanda dan Minahasa bukan hanya memiliki hubungan penjajah dan dijajah namun terselip hubungan kerjasama sebagaimana tertuang dalam MOU Minahasa Nedherland Verbond yang tugunya berdiri rapi di Tomohon.

0 komentar: