HOME

BERITA

WAWANCARA

FEATURE

ARTIKEL

KAMI


Leput412

Sastra Minahasa

Sejarah Minahasa

Potret Minahasa


Sabtu, 05 Juni 2010

Etalase

Pelajaran dari Sebuah Biografi

Oleh: Fredy M.S.B. Wowor
(Sastrawan, Peteater, Dosen jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unsrat Manado)

I
Mengawali tulisannya tentang riwayat hidup Alexander, Plutarch, Pelopor penulisan biografi dari Yunani mengatakan :

“In writing the Lives of Alexander the Great and of Cæsar the conqueror of Pompeius, which are contained in this book, I have before me such an abundance of materials, that I shall make no other preface than to beg the reader, if he finds any of their famous exploits recorded imperfectly, and with large excisions, not to regard this as a fault. I am writing biography, not history; and often a man's most brilliant actions prove nothing as to his true character, while some trifling incident, some casual remark or jest, will throw more light upon what manner of man he was than the bloodiest battle, the greatest array of armies, or the most important siege. Therefore, just as portrait painters pay most attention to those peculiarities of the face and eyes, in which the likeness consists, and care but little for the rest of the figure, so it is my duty to dwell especially upon those actions which reveal the workings of my heroes' minds, and from these to construct the portraits of their respective lives, leaving their battles and their great deeds to be recorded by others.” (Plutarch,lives,volume 3,Alexander, 1892:300).
Selanjutnya

==============================
Nuwu’ I Tu’a: Kajian Terhadap Nilai-Nilai Moral Budaya Minahasa


Oleh : Rikson Karundeng
(Penulis, redaktur Majalah Waleta Minahasa, pegiat di Gerakan Minahasa dan Muda dan Mawale Cultural Center)

Secara teoritis-filosofis, etika adalah hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku moral seseorang ataupun masyarakat. Sedangkan moral adalah nilai-nilai ideal yang diyakini oleh seseorang atau masyarakat sebagai landasan dan tolak ukur sikap etis. Jadi, etika merupakan aktualisasi nilai-nilai ideal dalam kehidupan sehari-hari lewat tingkah laku seseorang atau masyarakat. Berdasarkan nilai-nilai ideal yang ada, orang belajar tentang hal apa yang sebenarnya penting bagi kehidupan, belajar apa yang mesti atau tidak, atau belajar apa yang baik dan apa yang tidak baik.
Selanjutnya

==============================

Ketika Tou Minahasa Harus Melawan

Sepenggal Cerita Tentang Permesta dalam Ingatan Para Pelakunya)

Oleh: Denni Pinontoan

“Merdeka!!” teriak sekelompok orang, ketika Soekarno, presiden Indonesia itu datang ke Gereja Sion Tomohon di tahun 1957. Massa yang menjemput Soekarno serempak dan spontan balas menjawab dengan teriakan yang lebih keras: ”Permesta!!!” Begitu yang terekam dalam ingatan Jus Pangemanan, seorang eks anggota Kompi Mahasiswa Permesta (Perjuangan Semesta.Selanutnya

==============================
Melawan dengan Kearifan Lokal (sebuah rangsangan diskusi)

Tulisan ini disampaikan dalam diskusi budaya “Membongkar Sentralisme dan Imprealisme Kebudayaan” di hotel Tou Dano Jumat, 7 Mei 2010 dalam rangka Peluncuran Majalah Waleta Minahasa

Oleh Denni Pinontoan


Prolog
Tatanan masyarakat dunia yang saling terintegrasi sementara berlangsung. Kemajuan ilmu pengetahuan dengan penemuan perangkat teknologi menghasilkan sistem komunikasi dan transportasi yang semakin cepat dan akurat. Masyarakat dunia yang saling berbeda ruang kini seolah hanya dibatasi sekat tipis. Internet membuat masyarakat dunia yang saling terpisah ruang terhubung dalam kata-kata, suara, dan gambar. Inilah dunia kita sekarang. Dunia yang oleh sebagian orang menganggapnya sementara menawarkan masa depan yang cerah, tapi dianggap ancaman yang mencemaskan oleh sepihak lain. Selanjutnya

==============================

Gereja Berhadapan dengan Kekuatan Global Amerika

Oleh: Denni Pinontoan

1. Amerika Sebagai Imperium Global
Amerika, Pasca Perang Dunia II tiba-tiba menjadi penguasa dunia. Muto Ichiyō penulis Jepang dan juga profesor sosiologi menegaskan pendapatnya bahwa pasca Perang Dunia ke-II Amerika telah tampil sebagai penguasa dunia yang menghegemoni bangsa-bangsa di dunia, baik di bidang politik, militer maupun ekonomi (Reformed World, Volume 54, No 4, December, 2006, p. 348.) Era ini, oleh J. Milburn Thompson menyebutnya sebagainya fase ketiga sejarah kolonialialisme dunia. Di era inilah Amerika Serika tampil sebagai kekuatan Neo-Kolonial abad ke-20 (Thompson: 2009, 23).

Imprealisme dan kolonialisme dalam sejarah dunia pra imperium global Amerika, menurut Ichiyo dicirikan oleh tiga hal, yaitu: (1) Kekuatan yang dipakai untuk menundukkan kekuatan mayoritas populasi dunia di bawah mereka sebagai wilayah koloni, (2) Terjadi perang antara satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan konflik bersenjata, dan akhirnya perang besar seperti dalam kasus kedua Perang Dunia, dan (3) dari perjuangan ini, salah satu dari mereka akan selalu muncul sebagai kekuatan hegemonik meletakkan aturan bagi semua orang (Ichiyo dalam Reformed World: 2006, 348). Selanjutnya

==============================
Globalisasi: Dari Pizza, Pisang Goreng sampai Korupsi

Oleh Denni Pinontoan

Orang takut dengan globalisasi. Sebab, katanya globalisasi adalah imprealisme kebudayan. Dari aktivis sampai analisis, kritikus, akademisi bahkan politikus banyak yang menentangnnya. Kecuali yang nda mo ambe pusing adalah ‘tikus-tikus kantor”. Selanjutnya

==============================
Politik Baliho Pilkada Sulut

Denni Pinontoan


Baliho-baliho yang dirancang sebagai media kampanye bagi para calon kepada daerah di Sulawesi Utara ikut mewarnai perayaan Natal dan Tahun Baru yang baru lewat. Baliho-baliho tersebut berisi foto sang calon dan kalimat-kalimat iklan politik. Slogan-slogan kesejahteraan dirangkai dalam kalimat-kalimat yang memang menggoda publik. Agaknya, inilah momen tepat untuk berkampanye, mengingat pelaksanaan Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) di level kabupaten/kota dan provinsi akan dilaksanakan pada tahun 2010 ini. Selain baliho, media dan cara kampanye lainya juga semakin kreatif, misalnya dengan iming-iming beasiswa, bagi-bagi uang, bantuan modal usaha, dan lain sebagainya. Selanjutnya

==============================
Orang Muda Minahasa Bergerak
(Catatan dari diskusi “Dari Mana dan Mau Kemana Gerakan Orang Muda Minahasa”)
Bagikan


Denni Pinontoan

Kamis, 17 Desember 2009, bertepatan dengan HUT saya, teman-teman Mawale Cultural Center, dan juga beberapa kelompok jaringannya berkumpul di rumah tempat saya dan keluarga tinggal (bukan rumah milik pribadi, melainkan fasilitas fakultas). Teman-teman yang hadir tidak terlalu banyak, tapi diskusinya fokus dan menarik. Dan, seperti biasa, sebagai juru foto dalam diskusi ini adalah Bodewyn Talumewo. Sementara Sylvester Ompi Setlight mengikuti dengan seksama proses diskusi tersebut. Topik diskusi kami di sore hingga malam itu adalah “Dari Mana dan Mau Kemana Gerakan Muda Minahasa”? Saya bilang di awal diskusi, memilih topik ini bukan berarti kita baru akan menggagas sebuah gerakan, namun katakanlah topik ini sebagai refleksi jelang akhir tahun kita atas apa yang telah dibuat oleh Mawale Cultural Center dengan jaringan-jaringannya. Selanjutnya

==============================
Mengglobalkan Lokalitas*

Fredy M.S.B. Wowor**


I
9 November 1989. Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Timur yang Komunistik dan Jerman Barat yang Kapitalistik berhasil diruntuhkan. Peristiwa ini menjadi titik tolak paling mendasar dari munculnya gelombang perubahan yang bukan cuma mengubah wajah Eropa tetapi juga dunia. Perang Dingin yang telah menghantui dunia dengan ancaman perang nuklir selama puluhan tahun akhirnya berhasil dimenangkan oleh kaum kapitalis. Selanjutnya

==============================
“Yang Lain”

Film Front of The Class, bercerita tentang seorang laki-laki, yang sejak umur 6 tahun menderita tourette syndrome. Sindrom ini adalah salah satu penyakit akibat kelainan pada saraf. Brad Cohen, begitu namanya. Ia, ketika masih di sekolah dasar banyak mengalami diskriminasi, baik dari gurunya, maupun teman-teman sekelasnya. Betapa tidak, selagi sekelas serius belajar, Cohen mengeluarkan suara-suara aneh. Kepalanya juga ikutan bergerak. Suara-suara aneh ditambah dengan gerakan-gerakan leher Cohen, membuat teman-temannya tertawa. Kelas menjadi ribut. Guru yang berada di depan kelas tak merasa senang. Selanjutnya

==============================
Mencurigai Lembaga Agama

Beragama dalam lembaga agama akhirnya menjadi pilihan hidup kebanyakan manusia di planet bumi ini. Beragama adalah kegiatan untuk mengikatkan diri dengan kepercayaan yang penuh kepada yang trasendental. Beragama awalnya adalah kegiatan yang mempribadi sebagai sebuah sistem kepercayaan kepada Sang Khalik. Tapi karena ada kepentingan untuk melanggengkan pesan, tradisi dan doktrin dari pendiri atau yang memberi inspirasi lahirnya agama itu maka kemudian agama akhirnya melembaga. Agama sebagai lembaga (yang di dalamnya ada struktur, hirarkis dan juga kekuaasaan) kemudian menjadi urusan publik karena itu ia adalah salah satu intitusi sosial. Selanjutnya

==============================
Hari-hari Terakhir Bersama Rakyat

Kini, mereka-mereka yang mengumbar janji kepada rakyat semasa kampanye, dan telah menang Pemilu 9 April 2009 lalu, telah memasuki hari-hari terakhir bersama rakyat. Selama kurang lebih setengah tahun, mereka-mereka, para caleg itu, setiap hari bersama rakyat: bersosialisasi, menjual janji dan komitmen. Setelah rapat pleno di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) selesai, nama-nama pemenang Pemilu sudah diketahui oleh publik. Meski memang, kekrisruan Pemilu belum selesai diatasi oleh pemerintah dan KPU, tapi mereka-mereka yang telah memperoleh suara terbanyak, dan secara de facto telah menjadi anggota dewan sudah mulai membayangi enaknya menjadi anggota dewan. Kalau tidak ada bayangan seperti itu, mana mungkin banyak orang bersusah-susah mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dalam Pemilu baru lewat itu. Selanjutnya

==============================
Demokrasi Mendekati Ajal

Banyak orang yang protes ketika namanya tidak masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Banyak caleg yang melakukan serangan fajar dan money politics. Banyak yang khawatir, bahwa konsekuensi dari suara terbanyak adalah tersingkirnya politisi-politisi kawakan, dan kemudian memunculkan politisi-politisi instant, seperti selebiritis, anak politisi, dan pengusaha. Media kemudian menyimpulkan semua itu dengan istilah “Kekisruan Pemilu 2009.” Selanjutnya

==============================
Janji

Kata banyak orang, janji adalah hutang. Itu kata banyak orang. Tapi, untuk sedikit orang, ya, mereka yang berkepentingan dengan kursi kekuasaan, janji adalah ucapan manis untuk menarik simpati dan dukungan. Barangkali, janji di podium kampanye hampir sama dengan janji seorang pria atau perempuan pendusta kepada kekasihnya. Janji bulan madu di Bali, eh, ternyata bulan madunya di rumah menantu. Janji untuk setia sehidup semati, eh, cuma karena uang setumpuk langsung berpaling. Begitu juga janji seorang Roy Marten atau Fariz RM untuk tidak lagi menggunakan shabu. Janji mereka memang harus diragukan. Belajar dari pengalaman, bagi mereka janji kadang tinggal janji. Tapi, janji seorang miskin untuk segera melunasi hutangya kepada rentenir yang datang menagih, saya pikir tidak sama dengan janji politikus atau seorang kekasih atau juga seorang pecandu. Janji seorang miskin kepada rentenir, bukan hutang, tapi memang sedang berusaha melunasi hutang. Hutang karena keterdesakan ekonomi. Selanjutnya

0 komentar: